InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Harga jagung dan kedelai di pasar berjangka Chicago mengalami pelemahan pada Selasa (14/1/2025), setelah sebelumnya mencapai level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir akibat estimasi produksi AS yang lebih rendah dari perkiraan. Harga gandum juga terpantau sedikit melemah.
Kontrak jagung paling aktif di Chicago Board of Trade (CBOT) turun 0,6% menjadi $4,73-3/4 per bushel pada pukul 10:42 GMT, setelah sempat mencapai $4,77 pada Senin, level tertinggi sejak Desember 2023. Sementara itu, kedelai turun 0,3% menjadi $10,50-1/4 per bushel setelah sebelumnya menyentuh $10,56-3/4, level tertinggi sejak 2 Oktober 2024.
Dilansir Reuters, Kementerian Pertanian Amerika Serikat (USDA) pada Jumat lalu mengejutkan pasar dengan memangkas estimasi produksi jagung dan kedelai AS untuk tahun 2024, serta mengurangi perkiraan stok akhir musim. Data ini memperkuat prospek pasokan yang lebih ketat dari perkiraan sebelumnya.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Kaltara Periode Januari 2025 Naik Rp 153,63/Per Kg
Hal tersebut mendorong banyak dana komoditas untuk meningkatkan posisi beli pada jagung dan menutup posisi jual pada kedelai. Namun, meskipun sentimen terhadap jagung kini paling optimis sejak 2022, kedelai menghadapi tekanan karena pasokan global yang melimpah.
Permintaan jagung AS juga terus meningkat. USDA melaporkan bahwa 1,44 juta metrik ton jagung diperiksa untuk ekspor dalam pekan terakhir, jauh di atas ekspektasi pasar.
Di sisi lain, pasar biji-bijian memantau apakah hujan yang diperkirakan akhir pekan ini dapat memberikan bantuan bagi tanaman di Argentina yang saat ini tertekan akibat gelombang panas. Selain itu, perhatian juga tertuju pada panen rekornya di Brasil yang terhambat oleh cuaca hujan.
BACA JUGA: MPOB Perkirakan Pasokan Global Ketat, Dorong Harga Minyak Sawit Stabil di 2025
“Prakiraan cuaca menunjukkan kemungkinan hujan di Argentina, tetapi apakah itu terjadi atau tidak, tanaman tetap akan mengalami penurunan kualitas,” kata Andrew Whitelaw, analis di Episode 3, Canberra.
Harga gandum CBOT turun 0,3% menjadi $5,43-1/2 per bushel setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi dalam lebih dari seminggu. Penguatan harga jagung pada Senin turut mendorong kenaikan sementara pada gandum.
Namun, kompetisi ekspor yang ketat, terutama akibat penguatan dolar AS, serta perkiraan USDA yang menunjukkan peningkatan luas tanam gandum AS, membatasi kenaikan harga.
BACA JUGA: Harga CPO Diprediksi Tetap Tinggi pada Semester Pertama 2025
Di Rusia, harga ekspor gandum, sebagai salah satu eksportir terbesar dunia, masih stabil sejak awal tahun akibat lemahnya permintaan global. (T2)