InfoSAWIT, JAKARTA – Di tengah gangguan pasokan minyak nabati di pasar global yang disebabkan oleh dampak pandemi Covid 19, kemarau di Amerika Selatan, konflik Rusia Ukraina dan kebijakan proteksionisme perdagangan, diperlukan dukungan sinergi dan inisiatif negara-negara produsen dan eksportir minyak nabati untuk meminimalisir potensi lonjakan harga dan krisis pangan berkepanjangan. Indonesia sebagai eksportir Crude Palm Oil (CPO) terbesar, yang pada tahun 2022 ini juga diberikan amanah Presidensi G20, perlu terlibat aktif untuk mendorong inisiatif global guna penguatan rantai pasok minyak nabati yang berkelanjutan.
Meresponi tantangan tersebut, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bekerja sama dengan Kementerian Pertanian, Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) akan menyelenggarakan G20 Sustainable Vegetable Oils Conference pada tanggal 3 November 2022 berlokasi di The Westin Resort Nusa Dua Bali.
“Konferensi ini bertujuan untuk merumuskan strategi dan kebijakan untuk menghadapi tantangan global dalam pengelolaan minyak nabati (vegetable oil) untuk memperkuat ketahanan pangan dan energi”, ungkap Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis, Kemenko, Musdhalifah Machmud pada konferensi pers, Jumat (28/10/2022).
Lebih lanjut Musdhalifah menjelaskan, bahwa dalam tingkat teknis, G20 SVOC juga bertujuan untuk merumuskan rencana aksi masing-masing stakeholder dalam rangka peningkatan produktivitas, jaminan pemenuhan kebutuhan global, dan penguatan rantai pasok minyak nabati. Selain itu, Musdhalifah juga menegaskan G20 SVOC menjadi momen penting untuk merumuskan acuan bagi komunikasi dan kerjasama dalam skala yang lebih luas dengan melibatkan multi stakeholder minyak nabati.
Sementara dikatakan Sekretaris Jenderal CPOPC, Rizal Affandi Lukman, disaat disrupsi rantai pasokan minyak nabati akibat pandemik COVID-19 dan konflik Rusia dan Ukraina, nilai-nilai keberlanjutan minyak kelapa sawit membuatnya mampu terus menyuplai kebutuhan pangan dan enerji global.
Fakta ini kata Rizal, ditunjang oleh konsistensi permintaan pasar minyak nabati, termasuk dari negara-negara yang sedang berupaya membatasi impor minyak kelapa sawit, diimbangi oleh ketersediaan pasokan.
“Konferensi minyak nabati berkelanjutan G20 SVOC akan menjadi sebuah platform dimana CPOPC akan membuka kesempatan menjalin kerja sama dengan negara-negara produsen dan konsumen minyak nabati lainnya dalam penyediaan minyak nabati berkelanjutan untuk dunia ditengah tantangan global perubahan iklim dan komitmen mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2030,” tandas Rizal. (T2)