InfoSAWIT, JAKARTA – PT REA Kaltim Plantations (REA), salah satu perusahaan dalam industri minyak kelapa sawit di Indonesia, meluncurkan program baru bernama SHINES (SmallHolder INclusion for Ethical Sourcing). Program yang direncanakan berlangsung dari 2025 hingga 2027 ini bertujuan untuk meningkatkan inklusivitas dan memberdayakan petani mandiri dalam memenuhi peraturan yang semakin ketat, khususnya terkait dengan Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR) dan sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Indonesia, sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, sangat bergantung pada petani kecil yang berkontribusi sekitar 41% dari total produksi nasional. Namun, dengan berkembangnya regulasi terkait perubahan iklim dan pembukaan hutan, petani mandiri menghadapi tantangan besar dalam mengikuti peraturan baru. Program SHINES bertujuan untuk memberikan dukungan kepada petani agar dapat tetap produktif dan mematuhi standar internasional.
Program SHINES akan melibatkan sekitar 600 petani sawit swadaya di sekitar perkebunan REA di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Petani ini akan dibekali dengan pelatihan teknis dan peningkatan kapasitas untuk memastikan mereka mampu memenuhi persyaratan EUDR dan RSPO. Melalui kolaborasi dengan mitra perusahaan, SHINES diharapkan dapat membantu petani mandiri mempertahankan peran mereka dalam rantai pasok minyak kelapa sawit yang berkelanjutan.
BACA JUGA: Kemenperin Perkirakan Kontribusi Ekonomi Berbasis Sawit Bisa Capai Rp 775 Triliun
CEO RSPO, Joseph D’Cruz, menyampaikan bahwa kepatuhan terhadap peraturan yang terus berkembang merupakan tantangan berat bagi petani mandiri. “Program SHINES hadir untuk menjawab tantangan ini dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi petani agar tetap relevan dalam industri minyak kelapa sawit global,” ujarnya dalam keterangannya dikutip InfoSAWIT, Sabtu (12/10/2024).
Selain mendukung kepatuhan regulasi, SHINES juga menargetkan pelestarian hutan seluas 10.000 hektar di luar konsesi REA. Dengan mempromosikan praktik perkebunan yang berkelanjutan, program ini bertujuan untuk melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati di sekitar wilayah perkebunan. Selain itu, REA akan bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk meningkatkan mata pencaharian mereka melalui program-program pemberdayaan.
Direktur Urusan Keberlanjutan REA, Bremen Young, menegaskan pentingnya keterlibatan petani mandiri dalam pembangunan berkelanjutan. “SHINES merupakan contoh bisnis yang kuat yang dapat menyatukan berbagai pemangku kepentingan untuk mendorong perubahan positif di seluruh rantai nilai,” jelasnya.
BACA JUGA: Saleh Husin: Hilirisasi Sawit diyakini Sebagai Jalan Indonesia Menuju Visi 2045
Acara peluncuran SHINES turut menghadirkan diskusi antara berbagai pihak terkait, seperti RSPO, REA, dan mitra perusahaan, untuk membahas tantangan yang dihadapi petani mandiri dalam memenuhi peraturan EUDR. Diskusi ini menjadi awal dari kolaborasi bermakna yang bertujuan untuk menciptakan rantai pasok minyak kelapa sawit yang inklusif dan berkelanjutan.
Luke Robinow, Presiden Direktur REA, menyatakan, program SHINES adalah langkah maju dalam mewujudkan industri minyak kelapa sawit yang lebih inklusif dan berkelanjutan. “Melalui kolaborasi dengan mitra dan petani mandiri, kami berharap dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat yang bergantung pada budidaya kelapa sawit,” tandas Robinow. (T2)