Pengelolaan Perkebunan Sawit di Kawasan Hutan, Agroforestri Solusinya

oleh -1474 Dilihat
Editor: Redaksi InfoSAWIT
InfoSAWIT
Dok. SawitFest 2021/foto: Fitra Yogi/Ilustrasi Perkebunan Kelapa Sawit.

InfoSAWIT, SANUR – Direktur Program Iklim dan Transformasi Pasar WWF Indonesia, Irfan Bakhtiar mengungkapkan pentingnya strategi jangka panjang untuk mengelola perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan. Hal ini disampaikan dalam diskusi terbatas yang membahas tantangan keberlanjutan industri dilsea acara Internasional Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) ke-7 hari ke 2 di Bali, Kamis (13/2/2025).

Irfan menjelaskan bahwa perkebunan sawit di kawasan hutan, seperti di wilayah yang disebut dalam UU Cipta Kerja sesuai pasal 110 B atau 110A, menghadapi kompleksitas ekologis dan sosial. “Kami melihat adanya pola tanam yang belum optimal, bahkan beberapa area menunjukkan kerusakan habitat akibat pembukaan lahan tanpa perencanaan matang,” ujarnya.


Ia mencontohkan, di Riau Tengah dan Kalimantan Tengah, sejumlah perusahaan menengah dan kecil masuk ke kawasan hutan tanpa memperhatikan keseimbangan ekosistem. “Ini memicu konflik antara kepentingan ekonomi dan konservasi,” tambah Irfan kepad InfoSAWIT.

BACA JUGA: Harga TBS Sawit Kaltim Periode I-Februari 2025 Turun Rp 45,51 per Kg

Salah satu strategi yang diusulkan WWF adalah pembuatan koridor ekologis di tengah perkebunan sawit. “Koridor ini bisa dialokasikan 5-10% dari total lahan, ditanami spesies pohon asli atau tanaman keras seperti kembang sepatu yang menarik satwa penyerbuk. Ini menjaga keanekaragaman hayati sekaligus memitigasi dampak ekologis,” jelas Irfan.

Ia menambahkan, Malaysia telah sukses menerapkan model serupa. “Di sana, koridor ekologis terbukti meningkatkan kualitas habitat satwa liar tanpa mengganggu produktivitas sawit,” ujarnya.

WWF Indonesia telah melakukan intervensi di sejumlah lokasi, seperti Jambi dan Kalimantan Tengah, dengan mempromosikan sistem agroforestri. “Kami mendorong petani menanam tanaman pangan atau koko di sela-sela kebun sawit muda. Ini meningkatkan pendapatan sekaligus mengurangi tekanan pada hutan,” kata Irfan.

BACA JUGA: Pertamina Patra Niaga Ungkap Dua Tantangan Pada Penerapan Mandatori Biodiesel Sawit

Namun, tantangan utama tetap ada, seperti akses pembiayaan dan kesadaran petani. “Bank sering enggan memberikan kredit untuk skema berkelanjutan ini. Di sisi lain, banyak petani belum paham pentingnya menjaga habitat,” ungkapnya.

Irfan menegaskan, kolaborasi multipihak menjadi kunci. “Pemerintah perlu memperkuat regulasi, perusahaan harus bertanggung jawab, dan masyarakat perlu didukung untuk beralih ke praktik ramah lingkungan,” tegasnya.

WWF juga mendorong pendekatan berbasis data. “Kami sedang menganalisis pola tanam ilegal di kawasan hutan untuk menyusun rekomendasi kebijakan yang lebih konkret,” tambahnya.

BACA JUGA: IUCN Ingatkan Ekspansi Sawit Mesti Hati-Hati, Jangan Sampai Korbankan Hutan

Dengan langkah ini, WWF berharap industri sawit Indonesia tidak hanya menjadi penggerak ekonomi, tetapi juga pelestari lingkungan. (T2)

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO, biodiesel dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Atau ikuti saluran Whatsapp "InfoSAWIT News", caranya klik link InfoSAWIT News dan Group Whatsapp di InfoSAWIT News Update

Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com