InfoSAWIT, JAKARTA – Peningkatan suhu bumi akibat pemanasan global, yang disebabkan oleh akumulasi gas rumah kaca di atmosfer, menjadi fokus perhatian global. Emisi karbon dioksida (CO2) dari bahan bakar fosil dalam berbagai sektor, seperti transportasi, pembangkit listrik, dan proses memasak, menjadi penyebab utama emisi karbon.
Menurut Pratama (2019), emisi karbon memiliki keterkaitan erat dengan efek rumah kaca, di mana gas-gas di atmosfer, seperti karbon dioksida, metana (CH4), dan uap air (H2O), menyerap panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi.
Sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar, Indonesia memiliki peran signifikan dalam manajemen emisi karbon dioksida global. Namun, terdapat perdebatan mengenai apakah perkebunan kelapa sawit dapat benar-benar mengurangi atau justru meningkatkan emisi karbon dioksida.
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Masih Withdraw Pada Rabu (6/12), Penawaran Tertinggi Rp 10.900/Kg
Data Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2020-2022 menunjukkan potensi positif perkebunan kelapa sawit dalam menyerap karbon dioksida. Dengan luas lahan mencapai 14,38 juta hektar dan kemampuan penyerapan sebesar 64,5 ton CO2 per hektar, perkebunan kelapa sawit diestimasi mampu menyerap sekitar 927,5 juta ton CO2 pada tahun 2022. Grafik Rata-rata Jumlah Emisi Karbon Dioksida Pada Pagi dan Siang Hari menunjukkan penurunan emisi seiring pertumbuhan tanaman kelapa sawit.
Namun, perkebunan kelapa sawit juga memiliki potensi untuk meningkatkan emisi gas rumah kaca, khususnya karbon dioksida. Menurut informasi dari Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PPI-KLHK), sekitar 94 persen dari emisi gas rumah kaca di Indonesia didominasi oleh gas karbon dioksida. Sebagian besar karbon disimpan di tanah, dan pengelolaan hutan turut berkontribusi terhadap apakah biosfer terestrial menyerap atau mengemisi karbon.
Faktanya, lebih dari 80 persen dari sejarah penggundulan hutan yang berhubungan dengan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit memberikan dampak signifikan terhadap iklim global. Oleh karena itu, Indonesia telah diakui sebagai pihak yang berkontribusi sebagai penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia.
BACA JUGA: BKSAP DPR RI Berjuang Untuk Kepentingan Nasional, Lawan Diskriminasi Uni Eropa
Indonesia, sebagai pihak yang berkontribusi sebagai penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia, menghadapi tantangan serius terkait dampak lingkungan dan iklim. Sektor kehutanan dan perkebunan, yang menjadi korban deforestasi dan degradasi, memiliki andil signifikan dalam emisi karbon dioksida. Dari tahun 2013 hingga 2018, sektor kehutanan menyumbang 26,8 megaton emisi, sementara sektor perkebunan menyumbang sebanyak 1,04 gigaton, dengan perkebunan kelapa sawit menjadi kontributor terbesar.