InfoSAWIT, UNI EROPA – Parlemen Eropa pada pertengahan September 2022 lalu telah memberikan suara untuk memperkuat proposal peraturan deforestasi baru guna membantu melindungi hutan dunia.
Rancangan undang-undang, yang awalnya diajukan oleh Komisi Eropa tersebut, akan mewajibkan perusahaan untuk memastikan bahwa produk yang mereka jual ke Eropa tidak mendorong deforestasi atau pelanggaran hak asasi manusia.
Sebelumnya kelapa sawit, kedelai hingga peternakan sapi masuk dalam kebijakan ini. Sementara parlemen memilih untuk memperkuat rancangan undang-undang dengan memperluas cakupan komoditas pertanian dan kehutanan untuk memasukkan karet alam, jagung dan kulit; memperluas definisi “hutan” untuk memasukkan lahan berhutan lainnya (seperti sabana Cerrado di Brasil); dan memastikan perusahaan melakukan uji tuntas terkait penegakan hak asasi manusia dan hak masyarakat adat dalam rantai pasok mereka.
BACA JUGA: Dianggap Melanggar Regulasi, PT STP Diwajibkan Penuhi 20% Lahan Sawit Plasma
Namun, proposal Parlemen tidak membahas dampak konsumsi UE pada ekosistem berisiko lainnya, seperti lahan basah, padang rumput, dan lahan gambut, serta yang mengkhawatirkan adanya kemungkinan ritel dan pedagang besar bisa melakukan pemeriksaan uji tuntas mereka sendiri daripada menggunakan pihak ketiga yang independen.
Senior Direktur di Mighty Earth, Julian Oram mengatakan, Ini adalah kesuksesan besar bahwa Parlemen Eropa hari ini memilih amandemen undang-undang deforestasi yang diusulkan, yang jika diadopsi, akan memberikan perlindungan yang sangat dibutuhkan bagi hutan dan orang-orang yang tinggal dan bergantung pada tempat-tempat tersebut.
“Kami sangat menyambut baik langkah anggota parlemen untuk menyelaraskan peraturan deforestasi UE dengan hak asasi manusia dan hak masyarakat adat di bawah hukum internasional,” katanya dikutip InfoSAWIT dari lama mightyearth.
BACA JUGA: Perusahaan Sawit di Rohul Mesti Ikuti Sasaran 8 Tanggung Jawab Sosial perusahaan
Lebih lanjut tutur Julian Oram, dengan menambahkan komoditas karet alam ke dalam daftar komoditas berisiko hutan juga merupakan langkah penting lainnya, seperti menempatkan langkah-langkah tambahan pada bank, lembaga keuangan, dan investor untuk memastikan bahwa kegiatan mereka tidak berkontribusi terhadap deforestasi.
“Namun, mengizinkan supermarket besar, seperti Carrefour, untuk melakukan uji tuntas mereka sendiri berpotensi membuka pintu bagi deforestasi untuk terus meresap ke dalam rantai pasokan UE,” katanya.
Sementara , masyarakat Uni Eropa perlu tahu bahwa makanan yang mereka beli tidak membuang sampah ke hutan yang berharga di planet ini. “Kemajuan hari ini menetapkan pengatur waktu di supermarket untuk membersihkan tindakan mereka atau menghadapi larangan produk mereka yang tercemar deforestasi,” tandas dia. (T2)