InfoSAWIT, JAKARTA – Perjalanan panjang Arie Malangyudo di jagad bisnis perkebunan kelapa sawit nasional berujung ketika dia dipercaya memimpin PT Sasaran Ehsan Mekarsari (SEM), perusahaan pembenihan kelapa sawit berkantor pusat di Taman Wisata Mekarsari, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, sekitar tahun 2006.
Karier panjangnya dilalui di PT Astra Agro Lestari Tbk, sejak tahun 1979, sebelum memutuskan keluar awal tahun 2000-an untuk bergabung dengan PT Wahana Esa Sejati. Arie memutuskan hengkang dari Wahana Esa Sejati pada Februari 2005.
Selama 20 tahun lebih di Astra Agro, menjadi ajang pembelajaran penting dan beragam eksperimen teknik budidaya kelapa sawit. Arie berjasa turut merancang dan menciptakan terobosan-terobosan baru pengembangan budidaya kelapa sawit.
BACA JUGA: Launching Buku Panduan Sawit, Kemitraan Untuk Sawit Lebih Baik
Sistem yang diklaim sebagai salah satu terbaik di jajaran perusahaan perkebunan sawit nasional itu telah mapan dan dilaksanakan secara konsisten oleh Astra Agro hingga sekarang.
Sistem itu berorientasi pada hasil bermutu tinggi, melalui penggunaan benih unggul, penataan kebun, teknis pemupukan dan pemeliharaan yang baik, serta penanganan pascapanen. Hasilnya, produktivitas tandan buah segar (TBS) sangat tinggi, yakni 24 ton/ ha/tahun kandungan minyak 26 %.
Selain itu, penting pula perusahaan membangun relasi yang baik dengan masyarakat sekitar. Astra Agro termasuk pioner dalam implementasi program sosial-ekonomi masyarakat lewat konsep community development yang digulirkan pada 1996.
BACA JUGA: Pabrik Kelapa Sawit Berbasis Model steamless, Penuhi Aspek Lingkungan
Dalam sistem berorientasi mutu, yakni menciptakan kebun dengan kualitas terbaik, dan intensifikasi lahan guna mengejar produktivitas tinggi. Perusahaan tidak berambisi membuka kebun secara besar-besaran, konsisten di bidang tertentu, menerapkan azas kehati-hatian (prudent), serta terpenting lagi semua orang yang terlibat di kebun harus bersikap lowprofile. Perusahaan juga tidak gampang tergoda untuk melakukan diversifikasi usaha, misalnya masuk ke industri turunan minyak sawit.
“Prinsip berkebun sawit secara konservatif dipegang teguh oleh Astra Agro, dan terbukti perusahaan ini menjadi pekebun sawit ‘terbaik’ di Indonesia,” ujar Arie. Arie semasa itu juga ingin menjadikan Astra Agro sebagai perusahaan sawit nasional yang mampu melahirkan SDM mumpuni di bidangnya. Ibaratnya, jadi “citibank” perusahaan sawit yang para “alumninya” patut dibanggakan.
Makanya, satu orang manajer harus mengader dua orang kandidat manajer. “Prinsip pekerja kebun itu adalah kontrol, detail, dan rutin,” katanya. Arie yang sarjana agronomi lulusan Universitas Padjajaran Bandung tahun 1977 itu melihat bahwa tantangan masa depan industri kelapa sawit nasional justru lebih berat dating dari internal dalam negeri.
BACA JUGA: Ramalan Harga Minyak Sawit di 2023
Misalnya, industri ini sangat rimbun regulasi, banyak tumpang tindih pula, sehingga mengancam kepastian berusaha kedepan. “Inilah tantangan mengelola usaha kebun sawit di Indonesia. Toh begitu, bisnis sawit tetap menarik dan sangat diminati, karena inilah industri masa depan dunia,” ungkapnya. (T2)
Lebih Lengkap Baca Majalah InfoSAWIT Edisi Januari 2013