InfoSAWIT, JAKARTA – Sepanjang karir Lilis Suryani dihabiskan di perkebunan kelapa sawit, bermula menjadi staff pembibitan hingga akhirnya dipercaya menjadi senior manager di PT Sampoerna Agro Tbk. Karir yang ditempuh bukannya tanpa usaha, sebab kerja keras, pantang menyerah hingga loyalitas pun jadi modal utama.
Bekerja di perkebunan kelapa sawit yang didominasi laki-laki bukan pantangan bagi Lilis Suryani yang kelahiran Bali Luhur, Sumatera Selatan 53 tahun lalu itu. Dengan tetap mengedepankan kerja keras, integritas dan loyalitas tinggi pada perusahaan telah mengantarkan Lilis menjadi Senior Manager semenjak 2017 lalu.
Cerita Lilis, dirinya menjalani karir di perkebunan kelapa sawit semenjak 1990 silam dan masih menjadi staff, lantas pada tahun 2001 hingga 2006 diangkat menjadi asisten lapangan di PT Selapan Jaya. “Pada tahun 2007 kembali diangkat menjadi Asisten Kepala (Askep) dan pada akhirnya di 2017 lalu saya dipercaya menjadi senior manager,” ungkap Lilis pada acara yang diadakan Indonesian Planters Society (IPS), dihadiri InfoSAWIT, awal Februari 2023 lalu.
BACA JUGA: Berawal Dari Ingin Menambah Ilmu, Agustina Kini Pimpin Pabrik Kelapa Sawit
Diakui Lilis selama menjalani karir di perkebunan kelapa sawit terdapat tiga tantangan besar yakni pertama saat terjadi pertukaran tempat kerja di estate yang lain. Kata dia, saat terjadi mutasi menjadi tantangan pertama yang dihadapi lantaran bakal menemui anggota yang baru dengan karakter yang berbeda-beda.
Lantas, tantang kedua, mengenai sosial budaya yang juga berbeda, karakter sosial budaya yang berbeda ini kata Lilis, akan ditemui baik di internal anggota maupun di desa sekitar perkebunan kelapa sawit yang dikelola.
“Saat berada di tempat yang baru, saya mesti menyesuaikan diri terhadap kondisi sosial masyarakat yang berbeda dari tempat sebelumnya, termasuk bagaimana menghadapi berbagai permintaan sekitar kebun, lantaran masyarakat ini dari berbagai ras, suku dan agama, biasanya akan nampak pada acara syukuran atau keagamaan,” ungkap Lilis.
BACA JUGA: Berawal dari KTU Berlabuh Jadi Penulis Buku Kelapa Sawit
Tantangan terakhir atau ketiga ialah mengenai kondisi areal perkebunan kelapa sawit yang akan dikelola, lantaran akan berbeda karakteristiknya dari tempat sebelumnya. Sebab itu mesti dipahami kondisi arealnya apakah akan cepat kekeringan bila kemarau, dan apakah menjadi daerah rawan kebakaran lahan. “Termasuk bila hujan apakah akan berpotensi menimbulkan genangan di lahan perkebunan,” katanya.
Kendati demikian semua tantangan itu bisa dilewati Lilis dengan baik, sekaligus menjadi bukti bahwa perempuan juga bisa bekerja di perkebunan kelapa sawit yang sangat dikenal sebagai sektor yang didominasi laki-laki. (T2)