InfoSAWIT, JAKARTA – Menjadi planters bukanlah perkara mudah, apalagi saat ini sudah masuk era teknologi. Planters pun dituntut adaptif, supaya bisa tetap menjaga produktivitas kebun. Seperti pengalaman yang disampaikan Abdul Hamdan Nasution, selaku planters yang tak usang dilanda jaman.
Profesi planter menjadi sangat tren saat ini, apalagi munculnya komoditas kelapa sawit yang menjadi salah satu komoditas strategis, selain karet, kopi kakao dan teh.
Bukan sekadar menanam, planter faktanya memiliki peran penting dalam mengembangkan komoditas strategis tersebut, lantaran tanpa planter yang kredibel, diyakini komoditas startegis tak akan berkembang dengan baik dan menghasilkan devisa bagi negara.
BACA JUGA: Riset Sawit Berjibun Bukan Untuk Ditimbun
Salah satu planter kawakan di Indonesia adalah Abdul Hamdan Nasution, kelahiran Pamah Tambunan merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat, provinsi Sumatera Utara.
Berawal berkarir sebagai PNS di Ditjenbun yang dipekerjakan sebagai Staf di Dinas Perkebunan (Disbun) Lampung pada tahun 1988-1992, namun hati berkata lain sebab merasa kurang sreg berkarir sebagai birokrat. “Merasa jiwa saya kurang sesuai berkiprah di birokrat, sehingga saya hijrah ke dunia Planter sebagai Asisten lapangan pada tahun 1992, tepatnya di PT.PP London Sumatra Indonesia Tbk,” katanya kepada InfoSAWIT, belum lama ini.
Sebagai planter senior yang pernah turut mengembangkan komoditas karet dan sawit, ia sangat paham bahwa planter merupakan tulang punggung dalam mengembangkan komoditas strategis, sebab itu dibutuhkan mental dan sikap planter yang professional.
BACA JUGA: Pemerintah Telah Tetapkan 105 juta Ha Kawasan Hutan, Sisanya Rampung Tahun Ini
Dengan pengalaman yang mumpuni, Hamdan pun kerap membagikan ilmu planter yang dimilikinya lewat beberapa buku yang ditulisnya. Bahkan dengan zaman milenial ini, Planter banyak dituntut memahami perubahan zaman. Berkembangnya teknologi telah mengubah pola dan cara bekerja planter saat ini. (T2)