Ketum MAKSI: Imbalance of Development Biang Keladi Masalah Sawit saat ini

oleh -50 Dilihat
InfoSAWIT
acara Simposium dan Focus Group Discussion Perkelapasawitan Indonesia 2022 di Yogyakarta, Sabtu (14/5/2022). Foto: InfoSAWIT

InfoSAWIT, YOGYAKARTA – Diungkapkan Ketua Umum Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI), Darmono Taniwiryono, pengembangan perkelapasawitan Indonesia telah berjalan selama 174 tahun dari sejak ditanamnya 4 bibit kelapa sawit di Indonesia, 111 tahun dari sejak dibangunnya pabrik kelapa sawit (PKS) sekala Industri untuk mengasilkan minyak sawit mentah (CPO) dan produk-produk turunannya. Serta 36 tahun dari sejak perkebunan kelapa sawit rakyat mulai berkembang pesat. 

“Sawit kini diusahakan oleh negara, swasta dan rakyat. namun dalam perjalanan tersebut terjadi pertumbuhan yang tidak seimbang di antara ketiganya,” kata Darmono, pada acara Simposium dan Focus Group Discussion Perkelapasawitan Indonesia 2022 di Yogyakarta, Sabtu (14/5/2022), dihadiri InfoSAWIT.  


Dampak dari ketidakseimbangan, kata dia, baru dirasakan oleh bangsa Indonesia saat ini. Ketidak seimbangan tersebut paling tidak terdapat di dalam dua hal. Pertama ketidakseimbangan kepemilikan lahan perkebuan, di mana nampak sekali kepemilikan lahan perkebunan negara tidak berkembang. Kekuatan negara untuk mengatur usaha sawit nasional memerlukan dominasi kepemilikan lahan perkebunan kelapa sawit. Apalagi tidak dipungkiri lagi Indonesia adalah negara agraris.

BACA JUGA: MAKSI: Kebijakan DMO/DPO Sawit Perlu di Kalkulasi Ulang

Lebih lanjut tutur Darmono, kedua ketidakseimbangan teknologi produksi, di mana teknologi produksi CPO hanya dimiliki oleh perkebunan-perkebunan besar dan teknologi produksi hilir utama (biodiesel dan minyak goreng) 100% hanya dimiliki oleh perusahaan swasta. 

“Faktanya pada saat ini, bila dikatakan produk CPO, PKO dan produk-produk turunannya itu sebuah kue ulang tahun sawit Indonesia yang ke 174 tahun, maka pemilik kue tersebut 100% adalah perusahaan swasta. Yang berhak memotong-motong dan membagi-bagi kue tersebut adalah pemilik kue yang besarnya 50 juta ton,” ungkapnya.

Wajar bilama mana akhir-akhir ini tersirat dan terucap adanya imbalance of power yang terjadi di dunia perkelapasawitan di Indonesia. Ini pada akhir gilirannya Indonesia yang memiliki perkebunan kelapa sawit terluas dan merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia, bisa kalah dengan Malaysia dalam mengambil peran sebagai negara adidaya sawit. 

Tutur Darmono, keruwetan yang terjadi dalam penyediaan minyak goreng sawit di Indonesia yang kemudian diikuti dengan keputusan menyetop ekspor CPO, RBD Palm Oil dan RBD Palm Olein, adalah merupakan dampak dari terjadinya ketidakseimbangan kepemilikan lahan sawit dan teknologi di atas. 

“Produksi TBS petani yang nampak mubazir saat ini, karena tidak terserap PKS, merupakan akibat dari tidak disiapkannya teknologi produksi CPO yang cocok untuk rakyat sejak 36 tahun lalu, yang rata-rata kepemilikannya hanya 2 hektar per petani,” tandas dia. (T2)

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Atau ikuti saluran Whatsapp "InfoSAWIT News", caranya klik link InfoSAWIT News dan Group Whatsapp di InfoSAWIT News Update

Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com