InfoSAWIT, JAKARTA – Tra-kos dibuat dengan mempelajari kekurangan aplikasi janjang kosong (jangkos) menggunakan angkong. dengan menggunaan tra-kos, produktivitas apilaksi jangkos bisa naik dua hingga tiga kali lipat dibanding menggunakan angkong.
Proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) sawit di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) menghasilkan beberapa jenis limbah. Limbah ini akan diolah sedemikian rupa hingga bisa dimanfaatkan kembali. Selain bertujuan supaya tidak mencemari lingkungan sesuai yang disyaratkan oleh Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), dalam tujuan lebih jauh, limbah ini bisa dimaksimalkan sebagai pupuk organik yang dapat memberikan/meningkatkan unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman kelapa sawit di dalam tanah.
Salah satu jenis limbah ini adalah Janjang Kosong (Jangkos). Hampir semua perusahaan sawit memanfaatkan jangkos sebagai pupuk bagi tanaman kelapa sawit. Ada yang menggunakan sebagai pupuk tambahan. Ada juga yang mensubtisusi untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik.
BACA JUGA: Menakar Aspek Non Agronomi dan Agronomi Dalam Mendongkrak Produktivitas Kelapa Sawit
Meski berfungsi baik sebagai pupuk, aplikasi jangkos di lapangan harus dilakukan dengan cepat dan benar. Cepat arti nya, jangkos yang di angkut oleh Dump Truck dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan ditumpuk dipinggir jalan/dalam blok harus segera diaplikasikan pada tiap pokok sawit. Semakin lama menumpuk maka potensi lahirnya kumbang tanduk (oryctes rhinoceros) semakin besar. Benar artinya, pengeceran pada tiap pokok harus dilakukan dengan ketebalan yang cukup. Ketebalan umum yang digunakan adalah satu layer (lapis). Semakin tebal tumpukan juga bisa menjadi media tempat berkembang biaknya kumbang tanduk.
Aplikasi jangkos pada TBM dan TM memiliki dosis yang berbeda. Setiap perusahaan memiliki pertimbangannya masing-masing dalam menentukan dosis ini. Salah satu standar yang umum digunakan yaitu, di areal TBM jangkos diaplikasikan dengan dosis 30 ton/ha. Sedangkan pada areal TM dosisnya 40 ton/ha. Dalam cara yang umum, jangkos ini diaplikasikan di lapangan menggunakan angkong.
Aplikasi Menggunakan Tra-Kos
Aplikasi menggunakan angkong memiliki satu kelemahan yang mendasar, diantaranya waktu aplikasi yang relatif lama. Kapasitas rata-rata angkong untuk memuat jangkos berkisar 50 Kg sekali muat. Sehingga dapat dihitung, untuk mengaplikasikan jangkos pada satu pokok sawit areal TM dengan Standar Pokok Per Hektare (SPH) 136, maka dibutuhkan sekitar 6 angkong.
BACA JUGA: Strategi Menjaga Produktivitas Kelapa Sawit Tetap Tinggi
Dalam pengamatan yang kami lakukan ketika mempelajari aplikasi jangkos ini, didapatkan kesimpulan bahwa waktu yang diperlukan untuk melangsir jangkos ke dalam blok ini yang kemudian membuat produktivitas aplikasi jangkos sangat rendah. Korelasi nya adalah, jika aplikasi ini diserahkan kepada pihak pemborong, ditemukan kasus banyak pemborong yang tidak bertahan lama. Karena dengan produktivitas yang rendah maka, hasil pembayaran yang didapatkan juga sedikit.
Dari analisa berdasarkan pengamatan tersebut, maka lahirlah alat bantu untuk aplikasi jangkos lainnya yang kami namakan Tra-Kos. Tra- Kos mempunyai anonim: Troli Aplikasi Jangkos. Tra-Kos dibuat dengan mempelajari kekurangan aplikasi jangkos menggunakan angkong. Dengan menggunakan Tra-Kos, produktifitas aplikasi jangkos bisa naik dua hingga tiga kali lipat dibanding menggunakan angkong.
Kelebihan Tra-Kos dibandingkan angkong dapat dijabarkan dalam beberapa point. Pertama, Kemampuat muat Tra-Kos bisa mencapai 3x lipat dari angkong. Karena penggunaan Tra-Kos adalah ditarik dengan menggunakan kekuatan bahu, maka dengan beban 3x lipat dari kapasitas muat angkong beban tersebut masih mampu diaplikasikan menggunakan tenaga manusia.
BACA JUGA: Supaya Budidaya Kelapa Sawit Menuai Hasil Selangit Secara Berkelanjutan
Kedua, Luasan aplikasi meningkat. Dengan lebih banyaknya kemampuan ecer jangkos setiap reit-nya menggunakan Tra-Kos maka otomatis hektar aplikasi yang diperoleh pun lebih banyak dibanding menggunakan angkong.
Ketiga, Investasi lebih murah. Harga satuan pembuatan Tra-Kos memang lebih mahal daripada harga satuan angkong. Namun dengan usia pakai yang lebih lama, sehingga bila dihitung biaya inverstasi per bulannya, Tra-Kos lebih murah dibanding angkong.
BACA JUGA: Berikut Efisiensi yang Bisa Diterapkan di Perkebunan Kelapa Sawit
Keempat, Menjadi daya tarik untuk pemborong. Dengan menggunakan alat bantu ini penghasilan pemborong jangkos bisa mencapai 4 – 5 juta per bulan per orang. Hasil ini lebih dari dua kali lipat dibanding menggunakan angkong. Dengan penghasilan seperti itu bisa menjadi magnet kepada pemborong untuk terus memborong pekerjaan aplikasi jangkos ini.
Untuk Metode Pembuatan Tra-Kos Baca Majalah InfoSAWIT Edisi Juli 2017
Penulis: Muhammad Ramadan Pohan/Praktisi Perkebunan Kelapa Sawit