InfoSAWIT, JAKARTA – Indonesia mencatat pertumbuhan ekspor dan impor yang lebih tinggi dari perkiraan pada Oktober 2024, terutama didorong oleh peningkatan pengiriman produk pertanian. Namun, surplus perdagangan negara ini menyusut ke level terendah dalam tiga bulan terakhir sebesar US$ 2,47 miliar. Survei analis Reuters sebelumnya memperkirakan surplus sebesar US$ 3,05 miliar, dibandingkan dengan US$ 3,23 miliar pada September yang telah direvisi.
Data perdagangan ini akan menjadi salah satu indikator ekonomi utama yang dipertimbangkan oleh Bank Indonesia dalam menentukan kebijakan moneter pada pertemuan minggu depan.
Ekspor Indonesia yang kaya sumber daya alam belakangan ini kembali pulih setelah sempat mengalami penurunan tajam akibat merosotnya harga komoditas global. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa harga global beberapa komoditas utama Indonesia, seperti produk pertanian, logam, dan mineral, telah kembali menguat, meskipun harga energi masih di bawah level tahun lalu.
BACA JUGA: Harga Kedelai Turun Dipengaruhi Penguatan Dolar dan Panen Besar di Amerika Selatan
Pada Oktober, ekspor meningkat 10,25% secara tahunan menjadi US$ 24,41 miliar, jauh di atas perkiraan kenaikan 3,84% dalam survei Reuters. Laju pertumbuhan ini menjadi yang tercepat sejak Januari 2023.
Pengiriman minyak sawit mencatat lonjakan tahunan sebesar 25,35% menjadi US$ 2,37 miliar, didorong oleh peningkatan volume ekspor dan harga yang lebih tinggi. Harga minyak sawit mendapat dorongan dari rencana ambisius Indonesia untuk biofuel pada 2025.
Selain itu, nilai ekspor kakao juga melonjak sepanjang tahun ini, seiring dengan meningkatnya harga kakao internasional.
BACA JUGA: Pemerintah Indonesia Bakal Evaluasi Struktur Bea Keluar (BK) Minyak Sawit
Impor Meningkat Pesat
Sementara itu, impor Indonesia naik 17,49% secara tahunan menjadi US$ 21,94 miliar pada Oktober, laju pertumbuhan tercepat sejak September 2022. Analis dalam survei Reuters sebelumnya memprediksi pertumbuhan sebesar 7,10%.