InfoSAWIT, SAO PAULO – Panen kedelai Brasil untuk musim 2024/25 telah mencapai 15% dari total area tanam per Kamis lalu, menurut laporan konsultan agribisnis AgRural pada Senin. Angka ini naik 6 persen dibandingkan pekan sebelumnya, namun masih tertinggal dari capaian tahun lalu yang telah mencapai 23% pada periode yang sama.
Keterlambatan panen ini dikhawatirkan akan berdampak pada penanaman jagung musim kedua di beberapa wilayah Brasil. Negara bagian Parana di selatan Brasil menjadi yang paling cepat dalam proses panen, dengan sepertiga dari total area kedelai sudah dipanen. Sementara itu, negara bagian penghasil gandum terbesar, Mato Grosso, juga mencatatkan kemajuan yang cukup baik meskipun menghadapi kondisi cuaca yang kurang mendukung.
Di Rio Grande do Sul, negara bagian paling selatan Brasil, hujan yang turun pekan lalu memberikan kelegaan bagi petani setelah mengalami kekeringan sepanjang Januari. Namun, perhatian kini tertuju pada kemungkinan keterlambatan panen kedelai yang dapat mempersempit jendela waktu penanaman jagung musim kedua dan meningkatkan risiko iklim bagi tanaman tersebut.
Menurut AgRural, per Kamis lalu, sekitar 20% dari total perkiraan area jagung musim kedua di wilayah tengah-selatan Brasil telah ditanami. Angka ini naik 11 persen dari pekan sebelumnya, tetapi masih jauh di bawah 38% yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu.
“Laju penanaman cukup tinggi di Parana dan Mato Grosso do Sul, namun masih terdapat keterlambatan signifikan di Mato Grosso dan Goias. Para petani di wilayah tersebut khawatir karena jendela waktu ideal untuk penanaman akan berakhir pada akhir Februari,” catat AgRural dalam laporannya dikutip InfoSAWIT dari Reuters, Rabu (12/2/2025).
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Plasma Riau Periode 12-18 Februari 2025 Naik Rp 86,18 Per Kg
Jagung musim kedua di Brasil ditanam setelah panen kedelai di lahan yang sama dan menyumbang sekitar 75% dari total produksi jagung nasional setiap tahunnya. Dengan adanya keterlambatan panen kedelai, petani menghadapi tantangan dalam memastikan hasil panen jagung tetap optimal di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu. (T2)