InfoSAWIT, JAKARTA – Menurut survey yang dilakukan Reuters Selasa, (5/9/2023), persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir Agustus diperkirakan melonjak ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir, lantaran produksi meningkat dan ekspor melambat.
Sebelumya stok tercatat lebih tinggi selama empat bulan berturut-turut, meningkat 9,23% dari bulan Juli menjadi 1,89 juta metrik ton, menurut estimasi median dari 11 pedagang dan analis yang disurvei Reuters.
Output di negara produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia ini diperkirakan meningkat sebesar 6,83% menjadi 1,72 juta metrik ton, tertinggi sejak bulan November.
BACA JUGASepanjang Agustus di Kalbar Terdapat 7.376 Titik Panas Berada di 235 Konsesi Sawit dan HTI
“Produksi semakin meningkat dan mungkin akan mencapai puncaknya pada bulan Oktober sebelum awal musim hujan,” kata Direktur Broker Pelindung Bestari yang berbasis di Selangor, Paramalingam Supramaniam dilansir The Edge Malaysia.
Namun, menurut survei ekspor kemungkinan turun 1,77% menjadi 1,33 juta metrik ton.
Konsumen terbesar berasal dari India yang membeli minyak sawit dalam jumlah besar pada bulan Juni dan Juli 2023. “Dengan berkurangnya persediaan di India akan membuat permintaan tetap tinggi,” kata Paramalingam.
BACA JUGA: Kolaborasi Sawit Bisa Jadi Solusi
Namun permintaan global minyak sawit diperkirakan masih akan lambat, lantaran pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada di bawah tahun lalu dan meningkatnya kekhawatiran mengenai permintaan dari Tiongkok. Kendati munculnya kekhawatiran pasokan yang disebabkan oleh cuaca memberikan dukungan terhadap harga kelapa sawit.
Sementara harga minyak sawit masih akan terkerek setelah munculnya kekhawatiran masuknya musim El-nino, Direktur Farm Trade, Sandeep Singh mengungkapkan, harga minyak sawit telah bergerak di sekitar RM 4.000 (US$ 859,85) per ton “Ditengah kekhawatiran akan pola cuaca El Nino yang akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang,” tandas dia. (T2)