InfoSAWIT, JAKARTA – Harga kontrak minyak sawit mentah (CPO) pada Bursa berjangka Malaysia turun untuk sesi keempat berturut-turut pada Kamis, (7/9/2023), terseret menurunnya harga minyak nabati lain dan kekhawatiran menjelang dirilisnya data pasokan-permintaan Agustus dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB).
Dilansi Reuters, harga kontrak acuan minyak sawit berkode FCPOc3 untuk pengiriman November 2023 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun RM 36, atau terdapat penurunan sekitar 0,93%, menjadi RM 3,845 (US$ 822,64) per metrik ton pada perdangan ditengah hari.
Persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir bulan Agustus kemungkinan melonjak ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir menjadi sebanyak 1,89 juta ton karena produksi meningkat dan ekspor melambat, merujuk survei yang dilakukan Reuters.
BACA JUGA: Harga CPO KPBN 7 September 2023 Turun Lagi Rp 90/Kg
Sementara, Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) akan merilis data penawaran-permintaan untuk Agustus pada 11 September mendatang.
Masih dilansir Reuters, harga kontrak minyak kedelai di Bursa Dalian berkode DBYcv1, turun 1,78%, sedangkan harga kontrak minyak sawit berkode DCPcv1 turun 2,09%. Lantas harga kedelai di Chicago Board of Trade BOcv1 turun 0,5%.
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lain, lantaran mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.
BACA JUGA: Peremajaan Sawit Rakyat di Riau Capai 4.150 hektare, Dari Target 10.550 Ha
Tercatat impor minyak sawit India diperkirakan akan melonjak 26% ke rekor tertinggi untuk tahun yang berakhir pada 31 Oktober 2023, karena konsumsi mulai pulih dan harga yang kompetitif mendorong perusahaan penyulingan meningkatkan pembelian.
Pembelian yang lebih tinggi oleh India, yang merupakan importir minyak sawit terbesar di dunia, dapat membantu menurunkan persediaan di negara-negara penghasil minyak sawit terbesar di india dan Malaysia serta mendukung terdongkraknya harga minyak sawit pada perdagangan di bursa. (T2)